PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsentrasi glukosa pada plasma dipertahankan dalam batas
yang sempit pada kebanyakaan orang dan dibutuhkan keseimbangan antara
produksi dan penggunaan glukosa untuk mempertahankannya.(1) Glukosa mempunyai peran penting dalam
penyediaan sumber energi dalam bentuk glikogen, lemak dan protein. Glukosa
menyediakan energi sebesar 38 mol ATP/mol glucose
oxidized.(2)
Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang umum pada
neonatus. Pada kebanyakan neonatus yang sehat, konsentrasi kadar glukosa darah
yang rendah tidak menyebabkan masalah yang serius dan merupakan proses yang
normal dari adaptasi metabolisme pada kehidupan ekstrauterin.
Pada anak-anak kadar glukosa darah dibawah 40 mg/dL (2.2
mmol/L) menunjukan keadaan hipoglikemia. Dan pada neonatus kadar plasma glukosa
kurang dari 30 mg/dL (1.65 mmol/L) pada 24 jam pertama kehidupan
menunjukkan keadaan hipoglokemia.(3,4)
Frekuensi penderita hipoglikemia pada bayi/anak belum
diketahui pasti, di Amerika dilaporkan sekitar 14.000 bayi menderita
hipoglikemia. Gutber-let dan Cornblath melaporkan frekuensi hipoglikemia
4,4/1000 kelahiran hidup dan 15,5/1000 BBLR. Angka ini berdasarkan 0bservasi
bahwa penderita hipoglikemia berjumlah 2-3 anak/1000 anak yang masuk rumah
sakit, sedangkan anak yang dirawat berjumlah 80.000/tahun.(5)
Pasien dengan hipoglikemia bisa asimptomatik bisa pula
menunjukan gangguan sistem saraf pusat yang berat dan gangguan pada jantung
juga paru. Gejala yang paling sering terjadi adalah penurunan kesadaran,
kejang, muntah, apatis dan letargi. Keadaan hipoglikemia yang menetap atau
berulang pada bayi dan anak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perekembangan dan fungsi otak. Terdapat bukti bahwa hipoksemia dan iskemia yang
diakibatkan hipoglikemia, menyebabkan kerusakan otak yang mungkin mengganggu
perkembangan neurologis secara permanen.(3)
Kelainan pada sekresi hormon, substrate interconversion, dan distribusinya menimbulkan
kelainan pada produksi dan penggunaan glukosa, yang dapat memicu keadaan
hipoglikemia. Pertahanan
terhadap keadaan hipoglikemia diatur oleh nervus otonom dan hormon melalui
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis mereka sekaligus juga membatasi
penggunaan glukosa perifer. Faktor
yang meregulasi homeostatis glukosa pada anak dan orang dewasa sebenarnya
mirip, tetapi dua aspek dari homeostatis glukosa pada neonatus dan infant itu
unik. Pertama adalah transisi cepat dari intrauterine
life (ditandai dengan
ketergantungan asupan glukosa transplasental) ke extrauterine life (ditandai dengan kemampuan otonom
untuk mempertahankan keadaan euglikemia) pada neonatus. Kedua, penggunaan
glukosa pada anak-anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa dan
dua keadaan inilah yang menyebabkan hipoglikemia cenderung terjadi pada
neonatus dan infant.(1,2)
Penyebab hipoglikemia pada neonatus sedikit berbeda
daripada bayi dan anak-anak. Hiperinsulinisme
atau persistent
hyperinsulinemic hypoglycemia of infancy (PHHI), adalah penyebab tersering dari
hipoglikemia pada 3 bulan pertama kehidupan (ini biasa terjadi pada bayi dengan
ibu yang menderita diabetes). Penyebab lainnya mencakup sepsis, syok, inborn
error of metabolism, defisiensi hormon, puasa,kelaparan,dll.(5,6)
Hal yang paling penting pada hipoglikemia adalah
pencegahannya. Diperlukan usaha dan identifikasi juga tata laksana secara tepat
dan cepat dalam menangani hipoglikemia pada neonatus, bayi dan anak-anak.
Rumusan
Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah
mengenai asuhan keperawatan pada bayi
Hipoglikemia adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hipoglikemia?
1. Apa penyebab dari Hipoglikemia?
1. Apa macam-macam Hipoglikemia?
1. Bagaimana proses patofisiologis dari Hipoglikemia?
1. Bagaimana Pathway dari Hipoglikemia?
1. Apa manifestasi klinikdari Hipoglikemia?
1. Apa faktor resiko dari Hipoglikemia?
1. Apa Komplikasi dari Hipoglikemia?
1. Apa Pemeriksaan Penunjang untuk Hipoglikermia?
1. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Hipoglikemia?
1. Bagaimana proses keperawatan untuk pasien dengan Hipoglikemia?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam makalah ini akan dilakukan secara lebih
umum dan didapat dari perpaduan berbagai macam saduran sumber. Ada pun ruang
lingkup pembahasan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.4 Tujuan Penulisan
Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah asuhan
keperawatan pada bayi
hipoglikemia
1.2.1 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipoglikemia?
1.2.2 Menjelaskan apa penyebab dari Hipoglikemia?
1.2.3 Mendeskripsikan macam-macam
Hipoglikemia?
1.2.4 Menjelaskan proses patofisiologis
dari Hipoglikemia?
1.2.5 Mendeskripsikan Pathway dari
Hipoglikemia?
1.2.6 Menjelaskan manifestasi klinikdari Hipoglikemia?
1.2.7 Mendeskripsikan faktor resiko dari
Hipoglikemia?
1.2.8 Mendeskripsikan Komplikasi dari Hipoglikemia?
1.2.9 Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang untuk
Hipoglikermia?
1.2.10 Menjelaskan penatalaksanaan medis dari Hipoglikemia?
1.2.11 Menjelaskan proses keperawatan untuk pasien dengan Hipoglikemia?
HIPOGLIKEMIA PADA BAYI
DEFINISI
Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar gula menurun.
Kadar gula darah dites melalui tes darah yang namanya GDS (gula darah sewaktu).
Pada bayi baru lahir, bila mengalami hipoglikemia, akibatnya bisa fatal.
Penurunan kadar gula darah yang serius dapat menyebabkan kejang, kerusakan
otak, bahkan kematian. Tapi tentunya tidak semua bayi beresiko hipoglikemia.
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami
hipoglikemi adalah :
Diabetes melitus
Parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Corticosteroid therapi
Bayi dengan ibu dengan diabetik
Bayi dengan kecil masa kehamilan
Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
Luka bakar
Kanker pankreas
Penyakit Addison’s
Hiperfungsi kelenjar adrenal
Penyakit hati
ETIOLOGI
1.Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat
dilahirkan memiliki cadangan glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk
glikogen).
2.Prematuritas
3.Post-maturitas
4.Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada
dalam kandungan.
5.Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki
kadar insulin tinggi
bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki
kadar insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan sampai ke janin selama masa
kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar insulin,
6.Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang
menderita penyakit hematolotik berat .
7.Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah
menurun dengan cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,
dimana aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.
JENIS – JENIS
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1.Transisi dini
neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2.Hipoglikemi
klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3.Sekunder (Scondary)
: sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan
metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4.Berulang (
Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
insulin terganggu.
PATOFISIOLOGI
1.Hipoglikemi
sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon
insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
2.Hipoglikemi
adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
3.Kejadian
hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
4.Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses
persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
5.Setiap
stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan.
TANDA DAN GEJALA
Hipoglikemia simtomatik
pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai
penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin. Juga termasuk
dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM insulin dependen (IDM) dan ibu
menderita DM kehamilan (IGDM). Meskipun sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM
mempunyai kadar glukose < 30 mg/dl selama 2-6 jam kehidupan, ke-banyakan
tidak memperlihatkan akibat-akibat dari hipoglikemianya. Umumnya sembuh
spontan, tetapi sebagian kecil (10-20%) kadar gula tetap rendah. Beberapa di
antaranya menunjukkan respons yang balk terhadap suntikan glukagon 300 mikro
gram atau 0,3 mg/kgBB im, tidak lebih 1 mg total-nya2
neonatus
simtomatik gejalanya tidak khas, misalnya : apati, anoreksia, hipotoni, apnu,
sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran menurun, tremor, kejang
tonik/klonik, menangis tidak normal dan cengeng. Kebanyakan gejala
pertama timbul sesudah 24-28 jam kehidupan
Pada Bayi/Anak Gejala-gejala dapat berupa: sakit kepala,
nausea, cemas, lapar, gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat,
penglihatanb'erkunang-kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia,strabismus,
kejang, malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah laku. H bisa
disertai atau tidak dengan banyak keringat dan takhikardi. Serangan ulang
gejala-gejala tadi dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu setiap hari, se-
hingga kita harus waspada terhadap kemungkinan hipogli-kemia. Pemeriksaan
glukose darah pada saat timbulnya gejala sangat penting untuk menegakan
diagnosa.
FAKTOR RESIKO
Bayi yang beresiko adalah:
1. Bayi prematur, atau bayi lewat bulan.
Definisinya adalah bayi yang lahir sebelum usia 36 minggu
atau lebih dari 42 minggu. Bayi prematur atau lewat bulan tidak memiliki banyak
cadangan glikogen (gula kompleks yang bisa digunakan sewaktu-waktu kalau tubuh
butuh glukosa), juga mekanisme produksi gula darah mereka terganggu atau belum
berkembang dengan baik.
2.Bayi dari ibu penderita diabetes.
Sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mengeluarkan
insulin kadar tinggi untuk mengatasi tingginya kadar gula dalam darah ibu.
Ketika ia lahir, ia tidak lagi mendapat asupan gula dari ibunya, tetapi
mekanisme sekresi hormon insulinnya belum bekerja baik, sehingga kadar gula
darah bayi turun secara drastis.
3. Bayi yang ibunya diberikan infus cairan gula dalam
jumlah besar selama persalinan.
Mirip seperti bayi dari ibu penderita diabetes, bayi
sebelumnya sudah mengeluarkan insulin kadar tinggi untuk mengatasi tingginya
kadar gula darah ibu yang diakibatkan oleh pemberian infus cairan gula.
4. Bayi yang terlalu kecil atau terlalu besar dibanding
umur kehamilannya.
Bayi yang terlalu kecil juga dikhawatirkan mekanisme
produksi gula darahmereka terganggu atau belum berkembang dengan baik.
Sementara bayi yang terlalu besar dikhawatirkan mengalami hyperinsulinism
(sekresi insulin berlebih), terutama yang memang lahir dari ibu penderita
diabetes.
5. Bayi yang stres.
Misalnya mengalami kesulitan pernafasan, tekanan
respiratori, atau persalinan yang sulit.
Intinya: bayi normal yang lahir tepat waktu kecil
kemungkinan bahkan hampir tidak ada kemungkinan mengalami hipoglikemia.
KOMPLIKASI
Kerusakan otak ,koma ,kematian
Kadar glukosa
darah (GD) ,
tes fungsi ginjal ,
tes fungsi hati ,
C- peptide
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah
secepat mungkin mengembalikan kadar gula darah kembali normal, menghidari
hipoglikemia berulang sampai homeostasis glukosa normal dan mengkoreksi
penyakit yang mendasari terjadinya hipoglikemia. Sehingga harus diketahui
status klinis dan penyebab hipoglikemia.Bila pasien tidak ada kelainan neurologik yang mengganggu proses menelan, hipoglikemia simptomatik diberikan karbohidrat oral dengan hasil yang memuaskan dan tidak ada perbedaan bermakna dengan yang diberikan dektrosa intravena. Bila tidak dicurigai intoleransi fruktose herediter dapat diberikan sari jeruk ditambah sukrose (dua sendok teh setiap gelas) biasanya efektif. Bila perlu dapat diberikan dekstrosa 15 – 20 % intravena secara cepat, dengan dosis 0,25 – 0,50 gram/kgBB. Karena dapat terjadi ”rebound” hipoglikemia maka harus dilakukan pemberian rumatan dektrosa 4 – 6 mg/kgBB/menit sampai pasien stabil euglikemia.
Terapi dietetik pada pasien hipoglikemia, tergantung pada penyebabnya, pada pasien dengan penyakit metabolik, hindari bahan spesifik yang dapat menyebabkan hipoglikemia. Pada pasien hipoglikemia ketotik, penyakit ”glycogen storage”, dan penyakit lain yang harus menghindari puasa, harus dihindarkan puasa dalam jangka waktu lama dan disediakan makanan yang berbasis karbohidrat.
Medikemantosa
Pada neonatus, bila hipoglikemia terjadi pada bayi aterm
asimptomatik, berikan larutan glukosa atau susu formula, bila memungkinkan
minum ASI, bila tidak dapat minum jangan berikan dengan pipa nasogastrik,
berikan akses intravena . Terapi pertama yang dianjurkan adalah pemberian infus
glukosa intravena 1 gram/kgBB (glukosa 50%, 2 ml/kgBB), diikuti dengan 10
mg/kgBB/menit (glukosa 30%, 50 ml/kgBB/24 jam). Harus diingat, bahwa ini adalah
dosis perkiraan, sehingga gula darah harus dipantau terus menerus paling
sedikit selama 24 jam setelah gula darah stabil, walaupun umumnya hipoglikemia
pada bayi baru lahir sebagian besar transien. Kemudian infus glukosa diturunkan
perlahan-lahan sesuai dengan meningkatnya kemampuan minum peroral. Bila glukosa
dihentikan secara mendadak mungkin dapat terjadi hipoglikemia berulang. Infus
jangka lama dengan glukosa yang kental tersebut dapat menyebabkan komplikasi
trombosis dan masukan cairan yang berlebihan, sehingga pemberian cairan juga
harus diperhatikan. Bila dengan terapi diatas tidak berhasil, banyak penulis
menganjurkan diberikan hidrokortison 5 mg/kgBB/24 jam dalam dosis terbagi,
dapat pula diberikan glukagon secara intramukuler 50 ug/kgBB setiap 4 jam
karena dapat meningkatkan ensim phosphoenolpyruvate carboxykinase.
Bila terjadi hipoglikemia akut, diberikan bolus intravena
dekstrose 10%, 2,5 ml /kgBB., diikuti dengan pemberian infus intravena sesuai
dengan produksi glukosa hepar. Pada bayi, kira-kira 5 – 8 mg/kgBB/menit, pada
anak 3 – 5 mg/kgBB/menit. Dengan cara ini dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma diatas 2,5 mmol/L. Anak dengan hiperinsulinemia, kebutuhannya lebih
tinggi. Pengobatan jangka panjang pada anak dengan hipoglikemia bervariasi
tergantung etiologinya.
Hipoglikemia ketotik, kelainan “glycogen storage”, defek
pada metabolisme asam lemak bebas, dan hiperinsulinisme ringan, hipoglikemia
dapat dicegah dengan pemberian makan yang frekuen dengan diet yang di rancang
khusus dan dapat diberikan dektrose parenteral yang dapat memberikan respon
cepat bila makan kurang adekuat atau problem gastrointestinal atau penyakit
yang lain. Untuk defisiensi fructose diphosphatase, hindarkan diet yang
mengandung fruktose. Untuk hiperinsulinisme, maka digunakan pendekatan
bertahap. Tahap pertama, biasanya dengan pemberian makan yang frekuen. Tahap
selanjutnya biasanya diberikan diazoxide (15 – 20 mg/kgBB/hari). Octreotide (25
- 100 ug/kgBB/hari) biasanya merupakan obat pilihan kedua. Nifedipine merupakan
“calcium channel blocker”juga dapat digunakan. Pembedahan direkomendasikan bila
pengobatan gagal atau dicurigai adanya tumor yang memproduksi insulin. Hormon
pertumbuhan dan atau kortisol merupakan pengobatan spesifik untuk anak dengan
hipoglikemia dengan hipopituitarisme atau insufisiensi adrenal. Bayi yang lahir
prematur dan SGA harus diberikan intravena atau peroral segera setelah lahir
untuk mencegah hipoglikemia.
Untuk pasien hipoglikemia dan diabetes, pengobatan
tergantung dari kesadaran penderita, bila pasien dalam keadaan sadar, berikan
15 gram karbohidrat (3 sendok teh gula atau tablet glukosa) melalui mulut. Yang
penting adalah harus ditunggu selama 15 menit sesudah pemberian pengobatan awal
sebelum dilakukan pemeriksaan gula darah ulangan, karena kemungkinan terjadi
pengobatan yang berlebihan yang seringkali malah menyebabkan hiperglikemia.
Bila lebih dari satu jam sebelum jadual makan berikutnya diberikan tambahan 15
gram karbohidrat dengan tambahan protein (roti, biskuit, dll) mungkin dapat
membantu. Bila kesadaran pasien menurun, maka harus hati-hati terjadi aspirasi,
pengobatan tergantung pada keadaan pasien.
Bila dirumah, glukagon intramuskuler merupakan pengobatan
pilihan, keluarga atau orang terdekat dengan pasien diabetes yang diberikan
insulin harus dapat melakukan hal ini. Bila dirumah sakit, maka diberikan
larutan dekstrose 25%. Dekstrose tidak menyebabkan mual dan mutah seperti pada
pemberian glukagon. Glukagon harus diberikan bilamana akses intravena mengalami
kesulitan. Setelah pengobatan hipoglikemia, maka perlu diperhatikan diet dan
pola aktivitas untuk menentukan penyebabnya agar tidak terjadi hipoglikemia
berulang. Pengobatan hormonal, diberikan untuk terapi pengganti bilamana
defisiensi hormonal, kortisol, hormon pertumbuhan, atau untuk menekan produksi
hormon yang berlebihan, yaitu Somatostatin (Octreotide) merupakan obat pilihan
kedua, merupakan peptida dengan kerja farmakologik sama dengan somatostatin,
dengan menghambat sekresi insulin. Diazoxide merupakan obat anti hipertensi
yang dapat menekan sekresi insulin. Nifedipine, merupakan “calcium channel
blocker” yang menurunkan sekresi insulin.
Pembedahan
Pembedahan untuk hiperinsulinisme biasanya dilakukan
bilamana terapi medikamentosa gagal atau bilamana pasien anak dengan
kemungkinan tumor yang memproduksi insulin. Biasanya operasi bayi dengan
hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pankreas diambil 89 - 95%. Bilamana
dengan ini tidak berhasil, maka ditambahkan obat-obatan atau dilakukan
pengangkatan pankreas total. Pada anak dengan tumor yang memproduksi insulin,
hanya tumor saja yang diangkat.
Dietetik
PROSES KEPERAWATAN
Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya
simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
- ANC
- Perinatal
- Post natal
- Imunisasi
- Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
- Pemakaian parenteral nutrition
- Sepsis
- Enteral feeding
- Pemakaian Corticosteroid therapi
- Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
- Kanker
Data Subyektif:
- Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
- Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
- Rasa lapar (bayi sering nangis)
- Nyeri kepala
- Sering menguap
- Irritabel
- Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor,
kejang, kaku,
- Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis,
apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
- Plasma glukosa < 50 gr/%
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa
plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak,
gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana
tindakan:
- Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
- Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit
yang lembab
- Monitor vital sign
- Monitor kesadaran
- Monitor tanda gugup, irritabilitas
- Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
- Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
hipoglikemi.
- Cek BB setiap hari
- Cek tanda-tanda infeksi
- Hindari terjadinya hipotermi
- Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
- Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
Rencana tindakan:
- Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah
tindakan
- Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih atau steril
- Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang
menderita infeksi saluran nafas.
- Perhatikan kondisi feces bayi
- Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik
aseptik.
- Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan
order.
- Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
- Cek intake dan output
- Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24
jam
- Cek turgor kulit bayi
- Kaji intoleransi minum bayi
- Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
- Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
- Lakukan fisiotherapi
- Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor
dan basah.
KESIMPULAN
Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang umum pada
neonatus, dan keadaan ini bisa disebabkan oleh berbagai macam keadaan seperti
inborn error of metabolism, defesiensi hormon, prematuritas, SGA, dan penyakit-
penyakit lain seperti sepsis, asfiksia,dll. Hipoglikemia bisa merupakan keadaan
yang transien atau yang persisten. Pada hipoglikemia persisten keadaannya lebih
sulit dikoreksi dibandingkan dengan yang transien. Pada kebanyakan neonatus
yang sehat, konsentrasi kadar glukosa darah yang rendah tidak menyebabkan
masalah yang serius dan merupakan proses yang normal dari adaptasi metabolisme
pada kehidupan ekstrauterin. Tetapi keadaan ini juga bisa menyebabkan dampak
yang buruk apabila tidak diterapi secara benar. Kerena itu hal yang paling
penting dari hipoglikemia adalah cara pencegahannya. Dan kita harus dapat
mendiagnosa dan memberikan terapi yang cepat dan tepat agar tidak terjadi
kerusakan yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rudolph, Colin D, Rudolph, Abraham M.,
Hostetter, Margaret K, Lister, George, Siegel, Norman J, et al. 2003. Rudolph's
Pediatrics. edisi 21. McGraw-Hill
2. Sperling MA, Behrman RE, Kliegman RM,
et al.2008. Nelson Textbook of
Pediatrics. Edisi 18th .
Elsevire
3. Hilary
Cranmer,MD. 2007. Pediatric, Hypoglicemia. http://emedicine.medscape.com/article/802334-overview accesed July 2009
4. Marvin Cornblath, Jane M. Hawdon, et
al. 2000. Operational
Threshold Controversies Regarding Definition of Neonatal Hypoglycemia:
Suggested. http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/105/5/1141 accesed July 2009
5. Makakau. Hipoglikemia Neonatorum. http://makakau.wordpress.com/ accesed July 2009
6. Kilham, Henry, Isaacs, David. 1999.
The New Children's Hospital Handbook Royal Alexandra Hospital for Children
Westmead N.S.W. Australia
7. Lengkong, J.B.2007. SOP Anak. http://www.scribd.com/doc/3029737/SOP-anak accesed July 2009
8. Oski, McMillan, Julia A, Deangelis,
Cathrine, et al. 1999. Oski’s Pediatrics: Principles and Practice. Edisi 3.
Lippincott Williams & Wilkins Publishers
9. Indrasanto, dr. Eriyati, dr. Nani
Dharmasetiawani, dr. Rinawati Rohsiswatmo. Hipoglikemia pada Neonatus. Modul
Asuhan Neonatal Esensial. USAID Indonesia. 2002.